Sabtu, 21 November 2009

Fatsun Politik

Manusia adalah makhluk politik (zon politicon). Ia memiliki tabiat suka bekerjasama dan bersaing sekaligus. Dalam bekerjasamapun manusia sambil bersaing satu sama lain.Dalam bersaing ada yang fair dan ada yang tidak fair. Persaingan politik pada umumnya lebih menggoda untuk tidak fair karena politik lebih dekat ke syahwat dibanding ke hati nurani. Bahkan partai yang sudah menamakan dirinya Partai Hati Nuranipun tetap lebih didominir oleh syahwat politik dibanding nurani politik. Nurani dan syahwat politik merupakan ekpressi kekhalifahan manusia.

Secara vertical manusia memang memiliki dua dimensi, hamba Alloh dan khalifah (wakil) Nya. Sebagaihamba manusia adalah kecil tak berarti, tetapi sebagai khalifah Nya, manusia memiliki kebesaran luar biasa karena yang diwakili adalah Tuhan Yang maha Besar. Sebagai khalifah manusia diberi kekuasaan untuk menegakkan kebenaran seperti yang diajarkan Tuhan. Hanya saja tak selamanya nurani manusia berfungsi.Nurani dari kata nur artinya cahaya, jadi nurani adalah cahaya ketuhanan yang ditempatkan di dalamhati manusia, oleh karena itu nurani selalu konsisten dengan kebenaran ketika ia berfungsi optimal. Cahaya nurani tidakberfungsi ketika tertutup oleh keserakahan dan maksiat. Ketika nurani (cahaya) mati maka hati menjadi gelap, dan perilaku orang seperti dalam kegelapan,; salah langkah,salah ambil,salah naroh dan salah pandang.

Menurut epistimologi Islam, ilmu politik (`ilm assiyasah) berada dibawah ilmu teologi (`ilm ushuluddin). Maknanya kekuasaan politik harus dijalankan seperti Tuhan berkuasa. Di satu sisi Tuhan adalah Maha Kuasa, tetapi di sisi yang lain,Tuhan adalah Maha Pengasih dan Penyayang. Menejemen dari dua sisi ektrim itu adalah keadilan,dan Tuhan adalah Maha Adil. Nah fatsun politik yang benar adalah manakala insane politik tetap konsisten bersikap dan bertindak adil, yakni menempatkan segala sesuatu pada proporsinya, tidak memutar balik, tidak berlebihan.

Sesungguhnya politik itu memiliki tiga dimensi; ilmu, game dan seni. Ilmu politik bisa melahirkan konstitusi, peraturan dan struktur yang logic. Game politik membuat persaingan politk menjadi meriah, menggairahkan, kalah menang menjadi sesuatu yang biasa. Seni politik membuat perkelahian sekalipun indah dirasa dan indah ditonton.

Fatsun Politik Pemimpin Kita

Perjalanan sejarah bangsa, disadari atau tidak telah membentuk warna dan corak perilaku politik para pemimpin. Penjajahan Belanda ratusan tahun disamping melahirkan sifat kepahlawanan, juga melahirkan sifat pengkhianatan dan dendam. Revolusi 45 telah melahirkan sifat anarkis. Periode Sukarno sedikit menyuburkan nasionalisme, periode panjang Suharto menanamkan sikap kepura-puraan. Nah kesemuanya itu tumpah ruah pada era reformasi yang digelar bersamaan dengan proses globalisasi . Perilaku politik para pemimpin bangsa mencerminkan gabungan dari sifat-sifat itu, dendam,khianat, anarki dan pura-pura.

Pada periode akhir masa penjajahan, para pemimpin generasi kebangkitan nasional banyak sekali mereka yang memiliki integritas tinggi sebagai pejuang. Pada awal Republik ini, tokoh-tokoh se angkatan Moh Natsir juga menunjukkan integritas yang tinggi sebagai pemimpin sehingga dalam konflikpun mereka menjaga fatsun politiknya sebagai negarawan. Pada periode Pak Harto selama 30 tahun,karena Pak Harto terlalu kuat dan tidak mau disaingi maka terjadilah loss generation. Tokoh-tokoh muda yang berbakat menjadi pemimpin nasional dikandangin di ”ruang isolasi”, ada yang di parlemen, ada yang di kabinet, tetapi semuanya berada di bawah bayang-bayang Suharto. Yang berani nentang sedikit seperti kelompok petisi 50 ditaroh di kandang yang berbeda. Ali Sadikin mestinya berbakat jadi Presiden, tetapi ia tak pernah berkesempatan untukbersaing. Apalagi tokoh-tokoh muda, mereka terlena dalam seakan-akan.

Dampak dari lost generation itusangat terasa ketika bangsa membutuhkan hadirnya pemimpin besar. Pasca Suharto kita tidak punya orang. Stok pemimpin yang ada hanya yang pas-pasan sebagai pemimpin kelompok. Anggaplah,SBY adalah yang terbaik diantara yang pas-pasan itu, tetapi SBY harus berhadapan dengan ekpetasi masyarakat yang sangat tinggi, sementara problem yang ditinggalkan oleh Pak Harto menumpuk dan membelit hingga hampir-hampir tidak ada teori yang bisa digunakan sebagai problem solving secara tepat. Sementara itu pesaing pak SBY yang sesungguhnya lebih pas-pasan berkoar-koar mengkritik tetapi juga tidak mampu mengajukan resep tandingan. Tanpa disadari, anarki bukan hanya di lakukan dijalanan,

MPR pun melakukan amandemen yang anarkis, dialog antar elit juga anarkis,bahkan takbir pun anarkis. Mestinya takbir adalah kalimat suci yang hanya diucapkan pada saat puncak emosi secara vertikal (kepada Tuhan). Nah untuk merobohkan pintu gerbang DPR ketika demopun disertai dengan pekik takbir. Masyaallooooh, astaghfirulloooh. Melihat daftar nama caleg 2009 dari semua partai , hati lebih miris, karena tokoh yang berintegritas diri tinggi sulit sekali di jumpai dari mereka...

Saya tidak bisa membayangkan progres lima tahunan 2009, 2014, 2019,karena sesungguhnya bangsa ini butuh konsep untuk 50 – 100 tahun ke depan. Kita sudah melakukan moratorium amandemen, tapi kita tidak boleh stagnant, maka kita harus berani melakukan Restorasi Indonesia, yang lama tapi baik kita pelihara, dan kita hanya mau menerima yang baru dari luar apa yang sudah teruji lebih baik. Almuhafadzatu `ala al qadim assalih, wa al’akhdzu biljadid al-ashlah. Kata ideologi NU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar